Persipura Jayapura akhirnya harus menelan kekalahan perdana di musim
ini. Setelah mengarungi 25 pertandingan tanpa terkalahkan. Persipura
dikandaskan Barito Putra 1-0 di stadion Demang Lehman Martapura, Selasa
(25/6) lalu. Otavio Dutra, bek Persipura, mencetak gol bunuh diri di
menit 88 untuk memberi kemenangan pada klub kebanggaan warga Banjarmasin
itu.
Lantas, apakah ini sinyal bahwa Persipura sudah mulai
kelelahan dan bisa dijegal dalam persaingan memperebutkan gelar juara
Liga Super Indonesia musim 2010/2013? Rasanya tidak.
Kekalahan
ini justru akan mempertebal motivasi pemain Persipura untuk bisa
memperbaiki penampilannya. Kini, mereka akan sadar bahwa apa yang sudah
mereka capai belum sempurna dan terlalu dini untuk mengklaim sudah juara
karena liga belum usai dan masih menyisakan delapan pertandingan lagi.
Absennya
Gerald Pangkali dan Lim Jun Sik dituding sebagai biang kekalahan
Persipura. Immanuel Wanggai dan Zah Rahan kesulitan mengalirkan bola
tanpa kehadiran Lim Jun Sik yang merupakan gelandang bertahan terbaik di
LSI sejauh ini. Lim tercatat sebagai gelandang dengan tekel sukses per
pertandingan terbanyak kedua (3,75 tekel per pertandingan) dan umpan
sukses per pertandingan terbanyak di LSI dengan 56,43 umpan per
pertandingan.
Ketidakhadiran Lim jelas membuat aliran bola tidak
lancar dan juga tidak ada pemain yang handal menyaring serangan lawan
sebelum memasuki jantung pertahanan.
Lini tengah akan jadi
pekerjaan rumah utama untuk Jacksen F. Thiago. Kalau Gerald Pangkali dan
Lim Jun Sik bisa bermain tidak jadi soal, tapi ketika mereka harus
absen jelas Jacksen perlu memutar otak. Jacksen bisa mulai mencoba
memberi latihan tambahan dan kesempatan bermain lebih untuk Alom, pemain
muda Persipura, guna menjadi pelapis pemain utama sekaligus bisa
mengurangi beban Immanuel Wanggai sebagai punggawa lini tengah
Persipura. Soal membina pemain muda, Jacksen adalah salah satu yang
terbaik di Indonesia.
Aktor Berpengaruh di Persipura Tidak
bisa dipungkiri bahwa Jacksen merupakan aktor paling berpengaruh yang
bisa membuat Persipura menjadi tim paling superior di LSI. Tidak hanya
musim ini, tapi sejak LSI bergulir Persipura selalu berada dalam barisan
depan untuk mengejar gelar LSI.
Jacksen mulai melatih Persipura
sejak lima tahun lalu. Dia sudah hapal betul dengan karakter timnya
serta pemainnya. Ini membantunya untuk membangun kedekatan dengan
pemain. Persipura yang dihuni sebagian besar bakat Papua yang biasa
dikenal “sulit diatur” bisa menjadi “anak baik” di bawah asuhannya.
Pelatih asal Brasil ini tidak hanya bisa jadi sosok pelatih yang
berwibawa tapi sekaligus sebagai ayah dan motivator ulung bagi timnya.
Pelatih
yang pernah membela Persebaya Surabaya dan Petrokimia Gresik ini juga
handal dalam meracik strategi. Jacksen lah yang mengubah secara perlahan
gaya main Persipura yang akrab dengan pola 3-5-2 dan 4-4-2 ketika
diasuh oleh Rahmad Darmawan menjadi skema lebih ofensif dalam pola 4-3-3
atau 3-4-3. Persipura bisa mendikte jalannya permainan dan bisa
mencetak banyak gol. Di musim ini, selain memimpin klasemen, Persipura
menjadi klub tersubur dengan 72 gol.
Jacksen tentu tidak bekerja
sendirian, dia ditunjang oleh materi pemain mumpuni. Skuat Persipura
rata-rata dihuni pemain dengan teknik di atas rata-rata pemain
Indonesia. Tidak ada pemain jelek di tim inti Persipura. Mereka juga
punya pemain cadangan yang punya kualitas setara. Di lini depan
misalnya, mereka punya Boaz Solossa, Patrich Wanggai, Ferinando Pahabol,
hingga Lukas Mandowen. Empat pemain depan yang punya standar kelayakan
untuk memperkuat timnas. Pemain di tim ini mayoritas sudah bersama lebih
dari satu musim sehingga kekompakan pun sudah terjalin.
Boaz
Solossa yang kini sudah berusia 27 tahun semakin tajam dan dewasa.
Bochi, sapaan akrab Boaz, kini menjadi pemain paling subur di klub
maupun di LSI dengan 23 gol. Boaz seakan terlahir kembali setelah musim
lalu absen panjang lantaran mengalami cedera parah di lutut kakinya.
Nama
Boaz yang melejit pertama kali ketika dipanggil masuk timnas untuk
Piala AFF 2004 oleh Peter White ini dua kali mengalami cedera parah. Dan
hebatnya, kedua momen itu tak menghancurkan karir Boaz. Setelah sembuh,
Bochi langsung memberi penampilan brilian.
Dialah pemain paling
penting di skuat Persipura. Tidak hanya dalam mencetak gol, peran Boaz
nyata dalam memimpin rekan-rekannya. Boaz mampu menjadi pemimpin dan
motivator bagi rekan setimnya dengan ban kapten melingkar di lengan
kirinya. Sejak ditinggal Eduard Ivakdalam tiga tahun lalu, Boaz memang
pemain yang paling bisa menggantikan sosok pemimpin di Persipura. Wajar
jika kemudian Boaz pun jadi kapten di timnas setelah Bambang Pamungkas
mengundurkan diri.
Pemain Asing dengan Kualitas Terbaik Mayoritas
skuat Persipura merupakan anak-anak Papua. Mereka ini lantas
dikombinasikan dengan pemain asing yang punya kualitas bagus. Ada lima
pemain asing. Zah Rahan dan Lim Jun Sik di sektor tengah. Duet Octavio
Dutra dan Bio Paulin di jantung pertahanan, serta kiper asal Korea
Selatan, Yoo Jae-hoon. Mereka ini pemain asing dengan kualitas tidak
diragukan lagi.
Zah Rahan merupakan anggota skuat timnas
Liberia. Zah pun dipanggil untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia
2014. Tidak banyak pemain asing yang berlaga di Indonesia yang bisa
menembus skuat timnas negaranya. Zah datang pertama kali di musim
2010/2011 dari Sriwijaya FC. Kontraknya mencapai angka Rp 1,2 miliar
setiap musimnya. Zah memang didatangkan untuk mengisi bagian penting tim
sebagai playmaker menggantikan peran Eduard Ivakdalam. Harga mahal
memang layak untuknya yang mampu memberi umpan akurat sekaligus mengatur
tempo permainan. Beberapa kali Zah juga jadi pemain yang bisa memecah
kebuntuan Persipura. Kombinasinya dengan Lim Jun Sik jadi salah satu
duet gelandang terbaik di Indonesia saat ini.
Trio pemain asing
di lini belakang, Dutra, Bio Paulin, dan Yoo Jae-hoo, sudah tak perlu
diragukan lagi perannya. Hanya kebobolan 17 gol dari 29 pertandingan
membuat tim ini menjadi yang paling sedikit dibobol lawan. Hanya Arema
yang bisa menyaingi dengan kebobolan 25 gol. Klub lain sudah kebobolan
lebih dari 30 gol di musim ini.
Konsistensi permainan dan kerja
keras dari seluruh elemen tim di musim ini jelas akan membawa Persipura
menjadi juara LSI untuk keempat kalinya. Di sisi lain, klub pesaingnya
juga mulai kedodoran. Arema yang berada di peringkat kedua baru
mengoleksi 56 poin, 14 poin tertinggal (Persipura 70 poin). Persib dan
Sriwijaya FC masing-masing 54 poin dan 52 poin.
Di dua
pertandingan terakhir, Persipura menunjukkan superioritasnya dengan
selalu menang dengan skor besar, mengalahkan Persidafon 8-1 dan
menundukkan Persiram 3-0. Mungkin, hanya keajaiban yang bisa
menggagalkan Persipura meraih gelar ketiganya di LSI (juara musim
2008/2009 dan 2010/2011, di tahun 2005 Persipura juara tetapi saat itu
belum bernama LSI).